Sudah dilihat 2,886 Kali, Hari ini saja ada 7 Kali dilihat
TENGGARONG: Sebanyak 15 anggota HMI dari Cabang Banjarmasin, Samarinda, dan Kutai Kartanegara mengikuti kegiatan Senior Course (SC) Tingkat Nasional yang diselenggarakan pada tanggal 11-14 Juli 2024 di Tenggarong. Pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas peserta dalam mengelola pelatihan mulai dari tingkat dasar hingga lanjutan.
Salah satu sesi penting dalam acara ini adalah pelatihan public speaking yang dibawakan oleh Selamat Said Sanib, S.Pd.I, M.Sos, C.PS., Direktur Lembaga Visioner Kaltim dan mantan Ketua Umum HMI Cabang Samarinda periode 1992-1993. Said menekankan pentingnya persiapan dalam komunikasi, karena sekitar 70% dari kehidupan manusia melibatkan komunikasi.
Menurut Said, komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan menerapkan pola “TRUE,” yang didasarkannya pada pengalamannya berkeliling Kalimantan Timur sebagai narasumber serta penelitiannya dalam Program Pascasarjana Komunikasi & Penyiaran Islam.
Dalam bidang public speaking, Said yang juga dikenal sebagai Master of Training, menekankan dua aspek utama: penguasaan diri dan penguasaan materi. Dalam bukunya yang berjudul “100 Kata Beribu Makna” dan “Dimensi Lateralitas Brain Gym Untuk Meningkatkan Percaya Diri Dalam Public Speaking,” ia menjelaskan pentingnya kedua aspek tersebut untuk menjadi pembicara yang efektif.
“Jika Anda tampil di panggung tanpa persiapan, bersiaplah untuk turun tanpa kehormatan,” katanya. “Tidak ada audiens yang tidak tertarik; yang ada adalah materi yang disajikan dengan cara yang tidak menarik.”
Untuk menjadi pembicara yang memikat, Said menyarankan agar pembicara harus mampu menyentuh, menggugah, dan mengubah audiensnya. Hal ini bisa dicapai dengan memahami modalitas belajar audiens—visual, auditori, dan kinestetik—serta kemampuan dalam mengelola ice breaking.
Pendekatan ini sejalan dengan teori retorika Pathos, Logos, dan Ethos, serta mendalam dalam perspektif komunikasi Islam yang diambil dari Surat An-Nahl: 78. Said mengutip ayat tersebut: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”
Seorang pembicara yang baik harus mampu mengelola tiga aspek: pendengaran (artikulasinya, kontrol suara melalui senam vokal), penglihatan (penampilan yang menarik), dan kemampuan menyentuh hati audiens. Dengan menguasai ketiga aspek ini, seorang pembicara dapat menjadi sosok yang berkesan dan dirindukan oleh audiens. (***/AKM)