Sudah dilihat 236 Kali, Hari ini saja ada 2 Kali dilihat
SAMARINDA: Orang yang begitu lancar dan selalu menyisipkan pantun dalam komunikasinya biasanya disebut dengan “ahli berpantun”. Dalam bahasa Arab kata ahli bermakna keluarga atau kalau diterjemahkan dalam bahasa Banjar bisa disebut “bubuhan”.
Adapun dalam pengertian bahasa Indonesia ahli berarti orang yang mahir atau paham sekali dalam suatu ilmu. Dapat juga diartikan sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan ataupun keterampilan yang sangat hebat tentang suatu hal. Maka ahli berpantun bisa diartikan sebagai “orang yang lihai berpantun ataupun memiliki pengetahuan yang banyak soal pantun.
Adapun yang saya maksud dengan Ahli Berpantun disini lebih kepada keterampilannya. Yakni orang yang lancar berpantun dan bisa berbalas pantun dengan baik dan lancar.
Seseorang menjadi ahli pantun (pandai berpantun) dapat disebabkan oleh salah satu atau semuanya dari dua hal, yakni; Pertama, memiliki banyak hapalan pantun dan… Kedua, memiliki kecepatan (spontanitas tinggi) dalam membuat pantun.
Seseorang mungkin tidak lihai membuat pantun. Kalaupun bisa membuatnya namun membutuhkan waktu yang lama untuk memikirkannya sebelum menjadi sebuah pantun. Namun ia rajin menghapal pantun, baik pantun karya orang lain maupun karya dia sendiri.
Sehingga dengan stok pantun yang berlimpah di kepalanya, dia bisa spontan mengeluarkannya kapan saja saat ada yang menyebabkan dia harus berpantun. Apakah karena diminta orang lain, ataukah karena ada yang “menjual” pantun sehingga dia harus membeli (menyambut/menjawab) nya.
Namun ada pula seseorang menjadi ahli pantun karena memang otaknya encer dan cepat tanggap dalam memproduksi pantun secara spontan, sesuai tuntutan keadaan. Orang ini boleh jadi tak banyak punya hapalan pantun, namun dia terbiasa refleks dan bisa berpikir cepat merespon aksi dari orang lain, baik menjawab sebuah tantangan ataupun saat berbalas pantun.
Pendek kata dia bisa berpantun dengan spontan serta cepat.
Manakah yang paling bagus diantara kedua orang ahli pantun ini? Apakah yang punya hapalan banyak ataukah yang memilki spontanitas tinggi dalam membuat pantun?
Banyak orang yang mungkin mengatakan bahwa yang benar-benar ahli itu ya yang spontanitas berpantunnya tinggi, bukan yang banyak hafalannya. Kalau cuma menghafal tentu tidak keren, karena pantun yang diucapkan sesungguhnya sudah ada bahkan mungkin hasil mencontek punya orang.
Namun bagi saya tidak. Saya beranggapan keduanya bisa disebut ahli pantun dan sama-sama hebat. Mengapa begitu? Karena baik kemampuan menghafal pantun dalam jumlah banyak maupun kemampuan otak berpiir cepat sama-sama merupakan hal yang luar biasa dan tidak semua orang bisa.
Jadi, baik itu kemampuan menghapal ataupun kemampuan berpikir spontan, sama-sama merupakan kelebihan yang tak dimiliki oleh semua orang. Ada yang kuat dan banyak hafalannya namun ternyata tidak mampu berpkir cepat serta spontan. Namun ada pula orang yang tak terlalu berminat untuk susah payah menghapal, namun dia sangat piawal dan memiliki spontanitas tinggi dalam berpantun..
Namun yang paling hebat tentunya adalah mereka yang memiliki keduanya. Spontanitas berpantun tinggi (cepat) sekaligus punya gudang pantun (hapalan) di kepalanya. Dia punya banyak stok pantun sesuai topik yang sedang dibahas dan dibicarakannya namun juga bisa bersahut pantun dengan spontanitas yang tinggi. Mantap.
Sayangnya tidak semua orang mampu menguasai dua hal ini sekaligus. Kebanyakan kita kurang di satu sisi bahkan semuanya. Maka bila tidak termasuk yang demikian (banyak hafal dan punya spontanitas tinggi), tidak ada salahnya bila kita memperdalam salah satunya.
Jujur saja, saya sendiri termasuk orang yang tidak memilki banyak stok (hapalan) pantun di kepala ini. Namun sejak dulu saya mencoba mengatasi kekurangan ini dengan mempelajari metode yang bisa memberikan ekselerasi dalam berpikir dan menghasilkan karya pantun.
Mungkin ini dilatarbelakangi kondisi psikologis saya yang agak pemalas sehingga tidak cukup banyak hafalan. Maka saya berupaya mengoftimalkan respon dan spontanitas pikiran yang ada. Saya mencoba melatih spontanitas itu dengan berbagai cara. Sehingga meski dengan hapalan yang tidak banyak, saya bisa menutupinya dengan kecepatan saya menghasilkan pantun.
Metode yang terus terang sangat sederhana inilah yang kemudian ingin saya tularkan kepada orang lain. Saya ingin memberi solusi bagi para publik figur, pejabat, pendakwah, bahkan kaum awam yang tertarik untuk berpantun namun tidak kuat menghafal.
Awalnya beberapa waktu lalu saya pernah menawarkan pelatihan metode ini secara gratis. Terus terang saat itu masih masa ujicoba kepada orang lain. Karena selama ini saya menggunakan metode tersebut untuk diri sendiri sangat berhasil, namun saya belum tahu apakah juga efektif buat orang lain.
Namun sayangnya waktu itu hampir tidak ada yang menyambut penawaran tersebut. Saya paham kebanyakan orang mungkin masih ragu (tidak percaya) dengan metode saya. Hal itu wajar. Namanya juga metode yang baru dilaunching. Lagi pula siapa sih Abdillah Syafei ini?
Bukan seorang tokoh terkenal, bukan akademisi yang sudah tersertifikasi dan terkonfirmasi memiliki keahlian di bidang sastra khususnya puisi lama. Bahkan boleh jadi ada yang meremehkan penampilan dan intelektualitas saya.
Bagi saya tidak mengapa. Bahkan itu sudah biasa dan bukan menjadi hal yang harus direspon secara negatif. Justeru saya jadikan sebagai tantangan dan pemicu semangat untuk lebih menyempurnakan metode dan menyebarkannya terutama di kalangan orang dekat.
Ya, soalnya dalam interaksi termasuk interaksi bisnis, harus dilandasi sikap suka sama suka, mau sama mau atau senang sama senang. Tidak boleh ada paksaan untuk percaya kepada saya. Semua harus dari hari nurani.
Percaya? Mari bekerjasama. Tak percaya? Ya tidak mengapa.
Penulis: Abdillah Syafei
*Gambar sebelum pandemi, bersama pak Amin Wangsitalaja, saat kami menjadi pembicara di TVRI soal tehnik/trik berpantun.