Haru dan Syahdu, Detik Proklamasi di Samarinda

Sudah dilihat 258 Kali, Hari ini saja ada 2 Kali dilihat


SAMARINDA: Tepat pukul 11.17 menit wita, para pengguna jalan khususnya di beberapa titik simpangan yang ada di kota samarinda menghentikan kendaraannya dan  melakukan sikap sempurna. Sejenak di detik-detik proklamasi kemerdekaan RI ke 75 mereka bersama-sama melakukan penghormatan bendera seraya mendengarkan lagu kebangsaan Indonesia raya.





Tak kurang di simpang 4 lembuswan,  depan kantor gubernur kaltim dan simpangan depan Hotel Mesra Jl. Kusuma bangsa Samarinda, merupakan titik-titik utama yang dipantau oleh berbagai media, termasuk mediaibukota.com





Suasana peringatan 17 agustus yang berbeda di masa pandemi ini menciptakan nuansa  yang khas di hati anak bangsa. Rasa haru yang mendalam tampak di wajah-wajah masyarakat yang dengan kesadaran sendiri mengambil sikap tegap lalu mengangkat tangan mereka sebagai tanda penghormatan kepada bendera merah putih yang dikibarkan oleh para relawan.





Seakan terbayang di pikiran mereka bagaimana sederhana dan bersahajanya pejuang jaman dahulu saat menyambut momentum paling bersejarah dalam kehidupan bangsa ini, yakni proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia.





Sebagian besar orang tampak tidak bisa menyembunyikan kesedihanya. Beberapa pengendara yang awalnya kelihatan kurang suka laju kendaraannya dihentikan oleh aparat, tiba-tiba berubah haru saat suara lagu Indonesia raya berkumandang.





Sekitar tiga menit seakan denyut nadi warga samarinda terhenti sejenak. Jalanan tiba-tiba lengang. Hanya suara sirine yang dilanjutkan kumandang lagu kebangsaan membelah langit kota tepian.





Seusai melakukan penghormatan dan lagu indonesia raya selesai dikumandangkan,  gemuruh kendaraan kembali membahana, dan perlahan aktifitas jalanan normal seperti biasa. Namun tampak senyum lega, bangga dan bahagia, terpancar di wajah para pengendara kendaraan roda dua maupun empat yang perlahan kembali melanjutkan aktifitasnya.





Seolah ada semangat besar yang masuk ke dalam jiwa mereka setelah sesaat mengorbankan watu dan perhatianya pada nasionalisme dan kecintaan kepada negeri. (Asya)